BLOGGER TEMPLATES AND Friendster Layouts »

Senin, 04 April 2016

Makalah Tunas



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Dalam peristilahan fisiologi tumbuhan, tunas berarti semua bagian tumbuhan yang bukan akar, yaitu bagian tumbuhan yang berkecenderungan memiliki geotropisme negatif (atau heliotropisme positif).
Tunas disukai oleh hewan (termasuk manusia) dan seringkali dimakan karena serat-seratnya belum sepenuhnya berkembang sebagai perkembangan dinding sel sekunder. Keadaan ini menyebabkan tunas relatif lebih lunak daripada bagian yang sudah tua.
Sebuah tunas daun terdiri dari batang pendek dengan daun embrio, dengan tunas primordia di axils dan di puncak. Tunas tersebut berkembang menjadi tunas berdaun. Tunas daun sering kurang gemuk dan lebih runcing dari kuncup bunga.
Sebuah kuncup bunga terdiri dari batang pendek dengan bagian-bagian bunga embrio. Dalam beberapa kasus kuncup bunga tanaman yang menghasilkan tanaman buah kepentingan ekonomi disebut tunas buah. Terminologi ini pantas karena bunga memiliki potensi untuk berkembang menjadi buah. Perkembangan ini mungkin tidak pernah terjadi karena kondisi cuaca buruk, kurangnya penyerbukan atau keadaan yang tidak menguntungkan lainnya. Struktur adalah kuncup bunga dan harus jadi ditunjuk karena tidak dapat menetapkan buah.
1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud tunas ?
2.      Apa pengertian tunas pada tumbuhan ?
3.      Apa saja tanaman-tanaman yang berkembang biak dengan tunas dan cara membudidayakannya ?
4.      Bagaimana pembentukan tunas ?
5.      Apa saja jenis tunas ?
6.      Bagaimanakah tunas sebagai makanan ?
7.      Apa saja pertumbuhan primer pada batang yang dipengaruhi oleh 2 macam tunas ?



1.3  Tujuan
1.      Mengetahui apa itu tunas
2.      Mengetahui apa pengertian tunas pada tumbuhan
3.      Mengetahui apa saja tanaman-tanaman yang berkembang biak dengan tunas dan cara membudidayakannya
4.      Mengetahui bagaimana pembentukan tunas
5.      Mengetahui apa saja jenis tunas
6.      Mengetahui bagaimanakah tunas sebagai makanan
7.      Mengetahui pertumbuhan primer pada batang yang dipengaruhi oleh 2 macam tunas



















BAB II
TUNAS

2.1  Pengertian Tunas
Tunas adalah bagian tumbuhan yang baru tumbuh dari kecambah atau kuncup yang berada di atas permukaan tanah/media. Tunas dapat terdiri dari batang, ditambah dengan daun muda, calon bunga, atau calon buah. Tunas juga merupakan cara dari perkembangbiakan vegetatif alami
Tunas dari banyak tanaman membutuhkan paparan sejumlah hari di bawah suhu kritis (istirahat) sebelum mereka akan melanjutkan pertumbuhan di musim semi. Periode waktu ini bervariasi untuk tanaman yang berbeda. Kuncup bunga forsythia membutuhkan waktu istirahat yang relatif singkat dan akan tumbuh pada tanda pertama dari cuaca hangat. Banyak varietas persik memerlukan 700 sampai 1.000 jam suhu di bawah 45 ° F (7 ° C) sebelum mereka akan melanjutkan pertumbuhan. Selama istirahat, tunas dorman dapat menahan suhu yang sangat rendah, tapi setelah masa istirahat puas, tunas menjadi lebih rentan terhadap kondisi cuaca dan mudah rusak oleh suhu dingin atau beku.


2.2  Pengertian Tunas Pada Tumbuhan
Sebuah tunas adalah menembak berkembang dari yang daun embrio atau bagian bunga timbul. Tunas pohon dan semak-semak dari zona beriklim biasanya mengembangkan lapisan luar pelindung skala kecil, kasar, bud.
Tanaman tahunan dan tanaman keras herba memiliki tunas telanjang di mana daun luar berwarna hijau dan agak lezat.
Tanaman yang berkembang biak dengan tunas, yaitu pisang, cemara, bambu, sukun, cocor bebek dan tebu.

A.    Pedoman dan Cara Budidaya Pisang Melalui Tunas Adventif

Cara menanam dan budidaya tanaman pisang pada dasarnya sama untuk semua jenis dan varietas jenis pisang, baik itu pisang kepok, pisang mas, pisang raja, pisang muli, dan pisang lainnya. Cara budidaya tanaman pisang banyak dilakukan dengan cara mengambil tunas adventif karena dari beberapa referensi yang dibaca, keuntungan dari bertanam pisang melalui tunas adventif diantaranya: Tanaman cepat berbuah dan waktu tanam lebih efisien, lebih tahan terhadap penyakit dan organisme pengganggu, akar tanaman lebih cepat tumbuh dan menyesuaikan tanah setempat. Berikut ini cara untuk menanam dan budidaya tanaman buah pisang dengan tunas adventif.
Pembibitan Melalui Tunas Adventif
Pembibitan melalui tunas adventif: Untuk memperoleh bibit tanaman pisang secara adventif dapat dilakukan dengan mengambil bagian tunas yang tumbuh di bawah tanah dekat akar tanaman induk. Tunas adventif adalah tunas yang diambil selain dari tunas yang tumbuh pada bagian daun atau pada bagian batang/ketiak batangnya. Cara pengambilan tunas adventif pada batang pisang yaitu dengan mengambilnya secara langsung menggunakan alat pengambilan atau golok dan cangkul khusus. Bibit adventif pada tanaman pisang terdiri dari dua yakni bibit muda dan dewasa. Anakan bibit dewasa lebih baik digunakan karena sduah mempunyai banyak persedian pada bonggolnya, sementara itu bibit anakan adventif (tunas) yang masih berbentuk tombak (daun masih berbentuk pedang, helaian daun sempit) lebih diutamakan daripada bibit yang memiliki daun lebar untuk dijadikan bibit.
Penyiapan bibit: Anakan atau tunas adventif pada tanaman pisang dapat dibeli dari daerah lain atau dapat dikembangkan secara pribadi di kebun sendiri. Jarak tanam untuk budidaya pisang adalah 2x2 meter. Satu pohon pisang yang dipelihara sebaiknya dibiarkan memiliki 6-8 tunas adventif yang tumbuh di area tanaman induk.
Sanitasi Bibit Sebelum Ditanam: Untuk mencegah dari penyebaran penyakit dan hama pengganggu tanaman, sebelum bibit ditanam maka diperlakukan sebagai berikut:
·         Setelah tunas adventif dipotong, bersihkan akar tanaman dari tanah yang menempel;
·         Simpan bibit di tempat teduh 1-3 hari sebelum tanam agar luka umbi pada tunas adventif mengering. Buanglah daun-daun yang lebar;
·         Rendam umbi bibit sebatas leher batang adventif di dalam insektisida 0,5-1% selama 15 menit, kemudian bibit dikeringkan biasa tanpa cahaya matahari;
·         Jika tidak ada insektisida, maka bibit pisang adventif dapat direndam pada air mengalir selama 48 jam. Bibit dapat direndam di air sungai atau waduk;

Berikut beberapa manfaat pisang mulai dari daun hingga tunasnya:

1. Daun, sifatnya yang mudah dilipat membuat daun pisang digunakan untuk membungkus makanan

2. Pelepah, selain bisa menjadi tali alternatif yang lumayan kuat, pelepah pisang juga bisa dibuat berbagai macam kerajinan tangan yang bernilai tinggi

3. Jantung, yang satu ini pastinya ingat kuliner, jantung pisang bisa diolah menjadi teman nasi hangat yang menggugah selera, dibuat lalap maupun dibumbui tambah sedap

4. Buah, selain memiliki banyak vitamin dan mengenyangkan, kulit buah pisang juga bermanfaat, seperti membersihkan sepatu dan dibuat pupuk

5. Batang, tidak asing lagi di pinggiran sungai pasti banyak pohon pisang tumbuh, biasanya anak-anak bermain dengan rakit yang terbuat dari batang pohon pisang, selain itu batang yang masih muda juga bisa dibuat sebagai pelengkap makanan yang lezat

6. Tunas, beberapa tahun yang lalu keripik dari tunas pisang mulai diketahui publik, karena sifatnya yang mudah diiris tipis tak heran bila disulap menjadi camilan

7. Selain beberapa manfaat diatas, pohon pisang juga bisa menjadi alternatif untuk menanam lahan yang tidak terpakai, selain menyerap air juga bisa dirasakan manfaatnya kelak, karena dapat tumbuh dengan mudah.

B.     Teknik Penanaman Bambu 
Akar rimpang atau bonggol bambu merupakan organ vegetatif yang penting bersifat terestrial, berkayu, bercabang-cabang dan membawa akar adventif pada setiap bukunya. Setiap buku organ mempunyai mata tunas yang selanjutnya berkembang menjadi bentuk batang dan buluh baru. Dengan adanya tunas-tunas ini akar rimpang mempunyai bibit dalam pembudidayaan bambu.
Berdasarkan sistem percabangan rimpangnya, secara garis besar dibagi dalam dua tipe. Kelompok pertama berakar rimpang yang tumbuh secara simpodial sehingga menghasilkan rumpun yang rapat (contoh, Bambusa, Dendrocalamus, Gigantochloa dan Schizostachyum) dan banyak dijumpai di daerah tropis. Kelompok kedua berakar rimpang yang tumbuh secara monopodial atau secara horisontal dan bercabang secara lateral untuk menghasilkan rumpun dengan letak batang tersebar (contoh, Arundinaria dan Phyllostachys) yang banyak dijumpai di daerah beriklim sedang.
Secara garis besar cara penanaman bambu dilakukan dalam 4 tahap yaitu;
1). Persemaian Persemaian dilakukan dengan dua cara yaitu dengan menanam biji dan stek. Perbanyakan dengan biji diambil dari biji yang jatuh yang kemudian tumbuh di bawah rumpun kemudian setelah tinggi mencapai ± 5 cm dipindahkan ke dalam kantong plastik untuk dipindahkan ke lapangan. Perbanyakan dengan stek dilakukan dengan memotong bambu yang sudah berumur 1 – 1.5 tahun. Potongan diletakkan dalam posisi ditidurkan dalam galian bedengan sedalam besarnya stek batang kemudian ditimbun dengan tanah setebal ± 8 – 10 cm. Penyiraman dilakukan selama 3 hari sekali selama 2.5 – 3 bulan. Pada umur ini stek batang sudah tumbuh dan berakar dan bisa dipindahkan ke kantong plastik selama 4 – 6 bulan untuk dilakukan perawatan. Pada masa perawatan ini akan tumbuh anakan (sucker) untuk dipisahkan dan dirawat kembali selama 3 – 4 bulan dan disebut bibit baru yang siap untuk di tanam.
2). Penanaman Sebelumnya perlu dipersiapkan lahan dengan membersihkan dari semak belukar atau rumput sampai bersih. Kemudian pembuatan dan pemasangan ajir sesuai dengan jarak tanam yang dikehendaki serta pembuatan lubang tanam. Pekerjaan ini umumnya memerlukan waktu 3 – 4 bulan. Untuk penanaman yang bertujuan menghasilkan rebung ukuran lubang adalah, 50 x 50 x 75 cm sedangkan untuk yang menghasilkan buluh adalah, 150 x 150 x 75 cm. Kemudian lubang diisi dengan serasah atau rumput hasil babatan sampai penuh lalu ditimbun dengan tanah galian di bagian atasnya. Pada umur 3 – 4 bulan lubang atau lahan tersebut sudah siap ditanami bibit. Penanaman sebaiknya dilakukan pada musim penghujan dan pada musim kemarau dilakukan penyiraman setiap 3 hari sampai tanaman benar-benar hidup. Dari hasil penelitian pembudidayaan bambu yang dilakukan oleh Dahlan (1991) di Universitas Sriwijaya menyatakan, tingkat keberhasilan dengan sistem stek batang adalah sangat bergantung pada bagian batang (ujung, tengah dan bawah) yang digunakan untuk bibit dan jenis yang ditanam. Musim hujan lebih baik untuk pembuatan stek, tetapi percobaan pada pada musim kemarau juga menghasilkan keberhasilan yang cukup baik (40 – 60%). Stek dengan panjang 0.5 – 1 m yang diambil dari bagian pangkal dan tengah batang serta berumur lebih dari satu tahun akan memberikan hasil yang baik dibandingkan dengan bagian ujung.
3). Perawatan Setelah tanaman berumur 1 (satu) bulan jika ada yang mati perlu disulam secepatnya. Perlu dilakukan pemupukan sebanyak 0.5 kg dengan komposisi campuran sbb, 1 Urea: 2 TSP : 1 KCI untuk setiap rumpun. Pada bulan-bulan berikutnya dilakukan pembersihan di sekitar tanaman dari rumput dan gulma karena berpotensi menghambat dan membunuh. Pemupukan dapat dilakukan dua kali setahun tergantung pada keadaan dan tingkat kesuburan tanah, dan umumnya dapat dilakukan menjelang musim hujan (oktober) dan menjelang musim kemarau (April). Untuk rumpum yang sudah berumur 4 tahun ke atas cukup diberi pupuk 2 kg per rumpun, cara perawatan ini dapat meningkatkan kualitas dari bambu yang dihasilkan. Beberapa cara penanaman baik dilaboratorium lapangan maupun dilapangan pada skala besar telah dilakukan di lingkungan perkebunan PT. GGPC Lampung Tengah tahun 1988.

C. Cara Budidaya Tanaman Sukun
Tanaman sukun adalah tanaman hutan dengan tinggi mencapai 20 meter. Tanaman ini memiliki kayu yang lunak dengan kulit kayu yang berserat kasar. Seluruh bagian tanaman memiliki getah encer. Di bagian daun serta batang daunnya sangat lebar, menjari serta berbulu kasar. Batang dari tanaman sukun ini besar, bergetah banyak dan juga agak lunak. Cabangnya pun banyak dan untuk pertumbuhannya cenderung ke atas.
Karena buah sukun pada dasarnya memang tidak memiliki biji, maka dalam teknik pembudidayaan tanaman sukun ini hanya menggunakan penanaman vegetatif. Ada sejumlah cara bercocok tanam guna memperoleh bibit dari pohon tanaman sukun.
Dimana cara yang pertama yaitu menggunakan stek pucuk. Stek pucuk ini akan menanggulangi masalah bibit yang sudah terlalu lama berada dalam polibag. Selanjutnya dapat juga menggunakan okulasi. Jika menggunakan okulasi Anda akan mudah mendapatkan benih yang banyak hanya dalam waktu cukup singkat. Dapat juga Anda coba memakai tunas akar alami serta cangkok.
Pedoman budidaya tanaman sukun
Umumnya tanaman sukun diperbanyak menggunakan cara cangkok atau stek akar. Meskipun untuk tanaman dapat diperbanyak menggunakan cara sambung pucuk atau okulasi di batang bawah dari semai keluwih, namun cara yang satu ini tidak dianjurkan karena memiliki presentasi keberhasilan yang rendah serta relatif lama.
Akar samping dari pohon sukun ini ditarik ke atas, kemudian potong sepanjang 20 hingga 20 cm dan disemaikan sebagai bibit. Di akar yang terlihat pada permukaan tanah seringkali tumbuh tunas. Dari tunas inilah yang nantinya dapat dipotong beserta dengan akar induknya guna dijadikan untuk bibit.
Bibit sukun yang sudah mencapai tinggi sekitar 70 centimeter akan dapat ditanam di kebun. Ukuran lubang tanam untuk tanaman sukun ini adalah 40 x 40 x 30 centimeter. Setiap lubang tanam diberi 10 kilo gram pupuk kandang yang sudah matang. Ada baiknya jika bibit muda Anda lindungi dengan daun kelapa maupun daun lainnya guna mencegah sengatan matahari serta diberi cukup air ketika musim kemarau.
Pemeliharaan tanaman sukun
Pemangkasan cabang tanaman sukun jangan terlalu sering dilakukan. Akan tetapi jika pembentukan percabangan memang belum bagus, maka Anda dapat memangkas batang utamanya agar memiliki tunas lebih banyak.
Gunakan pupuk buatan NPK (15:15:15) yang diberikan tiga bulan sekali sebanyak 25 hingga 1000 gram per pohon setiap tahunnya disesuaikan dengan usia tanaman. Setelah tanaman sudah berbuah, maka pemupukan cukup 1 hingga 2 kali saja per tahun sebelum berbunga dan juga setelah panen raya.

D.    Cara Budidaya Cocor Bebek
Cocor bebek atau suru bebek (Latin:Kalanchoe pinnata syn. Bryophyllum calycinum syn. Bryophyllum pinnatum) adalah tumbuhan sukulen (mengandung air) yang berasal dari Madagaskar. Tanaman ini terkenal karena metode reproduksinya melalui tunas daun (tunas/adventif).
Tanaman Cocor Bebek
Cocor bebek populer digunakan sebagai tanaman hias di rumah tetapi banyak pula yang tumbuh liar di kebun-kebun dan pinggir parit yang tanahnya banyak berbatu.
Deskripsi Cocor Bebek
Cocor bebek memiliki batang yang lunak dan beruas. Daunnya tebal berdaging dan mengandung banyak air. Warna daun hijau muda (kadang kadang abu-abu). Bunga majemuk, buah kotak. Bila dimakan cocor bebek rasanya agak asam dan dingin.
Penyebaran Cocor Bebek
Cocor bebek menjadi tanaman yang umum di daerah beriklim tropika seperti Asia, Australia, Selandia Baru, India Barat, Makaronesia, Maskarenes, Galapagos, Melanesia, Polinesia, and Hawaii. Di banyak daerah tersebut, seperti di Hawaii, tanaman ini dianggap sebagai spesies yang invasif. Alasan utama penyebarannya yang besar adalah karena kepopuleran tanaman ini sebagai tanaman hias.
Kegunaan Cocor Bebek
Cocor bebek mengandung asam malat, damar, zat lendir, magnesium malat, kalsium oksalat, asam formiat, dan tanin. Cocor bebek digunakan sebagai obat tradisional untuk menyembuhkan sakit kepala, batuk, sakit dada, borok, dan penyakit kulit lainnya, menyembuhkan demam, memperlancar haid yang tidak teratur, obat luka, serta bisul.
Penelitian yang dilakukan oleh Supratman beserta rekan-rekan dari Divisi Biokimia Terapan Osaka Prefecture University di Sakai, Jepang, menunjukkan bahwa isolasi terhadap lima bufadienolides dari daun sosor bebek mempunyai efek menghambat pengaktifan antigen awal virus Epstein-Barr (EBV-EA) pada sel Raji yang disebabkan oleh tumor.
Selain bufadienolides, cocor bebek yang mempunyai rasa sedikit asam, lunak, dan dingin ini juga mengandung zat asam lemon, zat asam apel, vitamin C, alkaloid, flavonoid, quercetin-3-diarabinoside, dan kaempferol-3-glucoside. Kandungan kimia tersebut membuat sosor bebek bisa digunakan untuk berbagai pengobatan.
Selain bisa dimanfaatkan untuk pengobatan dalam, cocor bebek juga bisa digunakaan untuk penggunaan luar. Misalnya:
Luka : Daun cocor bebek secukupnya diparut atau ditumbuk. Tambahkan sedikit air dan balurkan pada bagian tubuh yang mengalami luka. Ganti setiap tiga jam sekali.
Perut mulas: Beberapa helai daun dadap serep ditumbuk dengan beberapa lembar daun cocor bebek. Beri sedikit air. Kemudian balurkan ramuan tersebut pada perut.Menurunkan demam: Lumatkan daun cocor bebek, lalu balurkan pada dahi. Gunakan dua kali sehari.
Bisul atau memar: Hancurkan 30-60 gram daun cocor bebek kemudian peras. Tambahkan madu dan diminum. Sisa daun ditempelkan pada bagian yang sakit.
Radang telinga luar: Lumatkan 5-10 daun cocor bebek, peras. Airnya digunakan sebagai obat tetes telinga.
Radang amandel: Lumatkan 5-10 daun cocor bebek. Ambil airnya dan gunakan sebagai obat kumur.
Cara menanam cocor bebek
Cara menanam dengan melepas helai daun dan letakan di media tanam maka dalam beberapa hari kemudian akan timbuh akar dan tunas baru di pangkal daun dan selanjutnya akan tumbuh menjadi tanaman dewasa.
Media tanam terdiri dari dari campuran tanah pupuk, pasir, dan sekam bakar yang diaduk jadi satu. Pada dasar pot beri pacahan batu bata atau genting.
Penyakit yang paling sering yaitu busuk akar atau daun. Hal tersebut terjadi karena tanaman tergenang air baik di dalam pot maupun di dasar pot. Cara mengetasi busuk akar yaitu dengan membuat darinase pada pot sehingga air tidak tergenang. Sedangkan hama yang sering meyerang cocor bebek adalah kutu putih dan ulat berkaki banyak dan semut.
Kutu putih dapat diatasi dengan membuang kutu yang menempel kemudian disemprot dengan peptisida. Untuk ulat cukup dibuang saja sedangkan untuk semut, rendam pot dalam air sebentar semut-semut akan keluar atau ganti media tanam dengan yang baru.

  
E.     Teknik dan Cara Budidaya Tebu

Iklim dan Keadaan Cuaca
Cara budidaya tebu yang baik sangat bergantung pada iklim dan cuaca. Tebu akan tumbuh dengan sangat baik di daerah beriklim panas, seperti Indonesia ini, dengan suhu 25 sampai 28 derajat Celsius. Selain itu, daerah yang paling baik untuk ditanami tebu adalah daerah dengan curah hujan 100 mm/tahun.
Keadaan Tanah
Jenis tanah yang paling baik untuk ditanami tanaman tebu adalah jenis tanah alivial, regosol, podsolik atau mediteran. Kandungan pH dalam tanah yang paling baik untuk tanaman tebu adalah antara 6,4 sampai 7,7 atau keadaan keasaman netral. Hal ini penting dalam teknik budidaya agar bisa menghasilakn tebu yang baik.
Mempersiapkan Lahan
Tanah yang akan ditanami tanaman tebu perlu dipersiapkan dengan dua cara yaitu dibajak dan reynoso. Proses pembajakan dilakukan pada tanah kering dengan tujuan untuk menjadikannya gembur. Pada proses ini, dibuat alur-alur untuk menanam bibit tebu sedalam 20 cm. Untuk proses reynoso, proses pengolahan tanah dilakukan pada area yang akan ditanami pohon tebu dengan kedalaman sekitar 40 cm dan berbentuk seperti cekungan. Proses ini dilakukan pada tanah yang mengandung banyak air.
Memilih Bibit Tebu
Bibit tebu yang bisa digunakan ada 4 macam, yaitu bibit pucuk, bibit batang muda, bibit rayungan dan bibit siwilan. Bibit pucuk diambil dari tebu yang berumur 12 bulan dengan mengambil 2 sampai 3 tunas muda dengan panjang 20 cm. Bibit batang muda berasal dari tebu yang berumur 5 sampai 7 bulan yang diambil dari seluruh batang tebu yang dibagi menjadi 2 atau 3 bagian untuk masing-masing stek. Bibit rayungan adalah bibit yang diambil dari tebu yang memang dibudidayakan untuk keperluan pembibitan. Bibit rayungan adalah bibit tebu yang diambil dari pucuk tebu yang sudah mati.

Waktu Penanaman Tebu
Waktu yang paling tepat untuk memulai penanaman tebu adalah saat cuaca cerah. Untuk daerah dengan tipe iklim C dan D menurut Schmidt-Fergusson, atau daerah kering, waktu yang paling tepat untuk menanam tebu adalah pada bulan Oktober sampai Desember. Untuk tipe iklim B atau daerah basah, waktu yang paling tepat untuk bercocok tanam tebu adalah pada awal musim kemarau.
Proses Penanaman
Untuk daerah kering, teknik menanam tebu yang baik adalah menggunakan stek yang mempunyai 8 sampai 9 mata tunas dengan jarak 1 meter tiap stek. Tiap stek ditanam pada juringan dengan kedalaman 1,25 sampai 1,35 meter. Untuk daerah dengan iklim basah, stek yang digunakan adalah stek dengan 3 mata tunas dengan teknik tumpang tindih atau bersentuh ujung. Satu tips yang bisa anda gunakan bila anda kekurangan tenaga untuk menanam tebu didaerah ini adalah menggunakan tebu dengan 5 sampai 6 mata tunas yang dipotong menjadi dua.
Penyiraman
Penyiraman adalah langkah pertama pemeliharaan tanaman tebu. Penyiraman dilakukan pada tanaman tebu dengan melihat keadaan tanah dan cuaca. Selain itu, penyiraman sebaiknya dilakukan setelah proses pemupukan dan paling lama adalah 3 hari setelah pemupukan.
Penyulaman
Penyulaman perlu dilakukan untuk mengganti pohon atau bibit tebu yang tidak tumbuh dengan baik. Proses ini dilakukan pada bibit bagal yang berumur 2 sampai 4 minggu dan bibit rayungan yang berumur 2 minggu. Proses ini harus segera dilakukan agar tidak mengganggu produksi dan bila penyulaman tidak berhasil, maka, harus segera dilakukan prose penyulaman yang baru.
Penyiangan
Proses penyiangan dapat dilakukan dengan mencangkul dan memotong gulma yang mengganggu. Akan tetapi, pada daerah kering dimana terdapat banyak jenis tanaman gulma yang mengganggu, proses ini bisa dilakukan dengan menggunakan herbisida, seperti Karmex, DMA, Amexon, Gesapax, Sanvit dan Gramoxon. Pelaksanaan proses ini dibedakan menjadi 4 bagian, yaitu pre emergence, late pre emergence, post emergence I dan post emergence II.
Pemupukan
Proses memupuk dilakukan dengan menggunakan pedoman pemupukan P3GI. Jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk ZA, SP36 dan KCL. Pemupukan diberikan secara bertahan dan menyesuaikan dengan kebutuhan tanaman tebu dan lahan.

Hama dan Penyakit
Hama yang paling sering menyerang tebu, terutama pada masa pembibitan adalah ulat pengerek. Untuk mencegah hal ini, maka perlu dipilih varietas tebu yang tahan hama. Selain itu, bisa juga menggunakan predator alam hama ini, yaitu Trichogama sp, Lalat Jatiroto atau dengan menyemprotkan Thiodan 35 EC.
Pemanenan
Pemanenan tanaman tebu dilakukan dengan mencangkul area tanam sedalam 20 cm. Batang tebu disisakan 3 ruas bila ingin ditumbukan kembali atau dicabut sampai akarnya bila lahan ingin dibongkar. Pucuk tebu dibuang dan batang diikat dengan jumlah 20-30 batang/ikat untuk digiling. Waktu pemanenan dilaksanakan pada bulan kering, antara April sampai Oktober.

2.3  Pembentukan tunas
• Tunas biasanya tumbuh disamping induknya, induk dengan tunas yang masing-masing dianggap induvidu baru dan akan membentuk rumpun dan tunas tersebut berasal dari tunas ketiak bagian tumbuhan didalam tanah
• Pertumbuhan tunas menjadi lebih baik sesuai yang diharapkan , dengan adanya bantuan faktor lingkungan seperti suhu, derajat kesamaan/kebasaan(pH), kelembapan, dan cadangan makanan yang cukup.
• Contoh tumbuhan bertunas pakis haji (cycas rumphii), bamboo(bambusa sp), pisang (musa paradisiaca), nanas, palem, dan tebu (saccharum officinarum)

2.4  Jenis tunas
Tunas diberi nama untuk lokasi yang mereka huni di permukaan batang. Tunas terminal adalah mereka yang berada di puncak batang. Tunas lateral ditanggung pada sisi batang. Kebanyakan tunas lateral muncul dalam sumbu daun dan disebut tunas ketiak. Dalam beberapa kasus lebih dari satu tunas terbentuk. Tunas adventif adalah mereka yang timbul di tempat lain daripada di posisi terminal atau ketiak. Tunas adventif dapat berkembang dari ruas batang; di tepi helai daun; dari jaringan kalus pada akhir potongan batang atau akar; atau lateral dari akar tanaman. Contoh tumbuhan yang memiliki tunas adventif adalah cocor bebek.
·         Tunas batang : bambu, pisang,  Aglaonema
·         Tunas akar : cemara, sukun, kesemek
·         Tunas daun : Cocor bebek (disebut juga tunas adventif)
    Tunas Adventif
• Tunas adventif atau tunas liar adalah tunas yang tidak tumbuh diujung batang atau ketiak daun
• Tunas adventif yang dipisahkan dari induknya dapat tumbuh membentuk individu baru.
• Contoh tunas adventif pada akar adalah kersen (muntingia calabura), sukun (arthocarpus communis), kesemek (dyospiros knaki), jambu biji (psidium guavajava) dan cemara
• Tunas yang tumbuh didaun disebut dengan tunas daun
• Tunas tersebut dapat membentuk daun dan akar sehingga seperti tumbuhan kecil yang menempel pada tumbuhan.
• Contoh tumbuhan tunas daun yaitu cocor bebek dan begonia

2.5  Tunas sebagai makanan
Tunas membesar atau bagian dari tunas membentuk bagian yang dapat dimakan dari beberapa tanaman hortikultura. Kubis dan kepala selada adalah contoh tunas terminal yang luar biasa besar. Tunas ketiak sukulen kubis Brussel menjadi bagian yang dapat dimakan dari tanaman ini. Dalam kasus dunia artichoke, bagian basal berdaging bracts dari kuncup bunga yang dimakan bersama dengan bagian batang padat tunas. Brokoli merupakan tanaman hortikultura yang paling penting di mana kuncup bunga yang dapat dimakan dikonsumsi. Dalam hal ini, bagian dari batang serta daun kecil terkait dengan kuncup bunga yang dimakan.

2.6  Pertumbuhan Primer Pada Batang yang Dipengaruhi oleh 2 Macam Tunas
(1) Tunas terminal, tunas ini diapit oleh bakal daun (primordium) dan terletak di ujung batang yang memugkinkan tumbuhan tumbuh ke atas.
(2) Tunas aksilar (tunas lateral), terletak pada bagian ketiak daun yang pertumbuhannya akan membentuk cabang atau bunga.
Secara visual, tanaman yang tunas ketiaknya dibuang terlihat rentan terhadap penyakit virus.
Dibawah ini merupakan kelompok-kelompok hormon yang ada pada tumbuhan.
1. Auksin
Auksin adalah hormon-hormon yang berperan dalam pemanjangan sel tumbuhan, pengaturan pada apikal, dan pengakaran. Auksin alami yang sering dikenal adalah indoleacetic acid (IAA) dimana auksin ini diproduksi dalam meristem apikal pada tunas. Biji atau benih yang sedang berkembang menghasilkan IAA, yang mana untuk merangsang perkembangan dari sebuah tanaman yang gemuk (kaya akan daging). Contohnya, pemindahan atau pembuangan biji-biji dari sebuah stroberi untuk mencegah buah tersebut untuk membesar. Penggunaan IAA setelah memindahkan biji-biji tersebut menyebabkan buah tersebut tumbuh besar secara normal. IAA diproduksi dalam pertumbuhan aktif ujung tunas dan buah yang sedang berkembang, dan terlibat dalam pemanjangan. Sebelum sel dapat memanjang, dinding sel dari sel tersebut harus berubah menjadi tidak begitu keras atau kaku, maka sel tersebut baru dapat bekembang. IAA memicu peningkatan (meningkat) dalam kekenyalan atau kemampuan untuk melonggarkan (melunakkan) pada dinding sel, sehinga pemanjangan dapat terjadi.
2. Auksin Sintetis
Para ahli kimia telah mengumpulkan beberapa gabungan senyawa yang tidak begitu mahal yang menyerupai struktur IAA. Auksin sintetis (NAA), digunakan secara luas atau menyebar untuk menaikkan pembentukan susunan akar pada batang dan pemotongan daun. Para tukang kebun sering menyemprotkan auksin pada tanaman tomat untuk meningkatkan jumlah buah pada setiap tanaman. Pada saat NAA disemprotkan pada buah apel muda dan pohon buah zaitun yang muda, beberapa dari buah-buah tersebut jatuh sehingga buah-buah yang tersisa dapat tumbuh lebih besar. Pada saat NAA disemprotkan secara langsung pada buah-buah yang dewasa, seperti apel, pir, dan buah jeruk, beberapa minggu sebelum buah-buah tersebut siap dipetik, NAA mencegah buah-buah tersebut untuk jatuh dari pohon sebelum mereka dewasa/matang. Kenyataan bahwa auksin dapat memiliki pengaruh efek yang berlawanan, dengan mengakibatkan jatuhnya buah atau mencegah buah untuk jatuh, menjelaskan sebuah titik penting. Pengaruh dari hormon pada tumbuhan sering kali tergantung pada tingkat perkembangan tumbuhan tersebut.
NAA digunakan secara komersial untuk mencegah tunas dari pertunasan pada kentang selama penyimpanan.
Penggunaan auksin secara komersial , antara lain :
(1) Indoles (e.g IAA) , untuk bubuk akar (digunakan para tukang kebun pada pemotongan) dan perkembangan buah-buahan.
(2) Asam Benzoat, sebagai pembunuh rumput-rumputan liar.
(3) Asam Phenoxyacetic , sebagai pembunuh rumput-rumputan liar dan perkebunan buah-buahan.
3. Giberelin
Pada era 1920an ilmuan Jepang menemukan bahwa sebuah zat terbentuk oleh jamur Gibberella mengakibatkan jamur menjangkit pada tumbuhan-tumbuhan untuk tumbuh tinggi secara tidak normal. Zat tersebut dinamakan giberelin, yang ditemukan untuk terbentuk dengan jumlah yang kecil oleh tanaman. Zat tersebut membawa banyak dampak pada tumbuhan, yang lebih utama adalah pertumbuhan panjang. Penyemprotan tumbuhan dengan giberelin akan secara biasa menyebabkan tumbuhan tumbuh lebih besar daripada ketinggian yang diharapkan lebih baik daripada normal.
Giberelin banyak terdapat pada ujung daun, kuncup, biji, dan ujung akar. Berikut inin beberapa fungsi dari giberelin.
·         Merangsang pertumbuhan batang, daun, dan akar
·         Merangsang pematangan serbuk sari dan pertumbuhan tangkai serbuk sari
·         Merangsang perkembangan bunga (pada tumbuhan tertentu)
·         Merangsang pertunasan pada kuncup
·         Menghentikan dormansi pada biji
·         Mempercepat perkecambahan pada biji
4. Etilena
Hormon etilena berpengaruh atas pematangan buah-buahan. Tidak seperti empat kelas hormone tumbuhan lainnya, etilena adalah gas di temperature ruangan. Gas etilena menyebarkan dengan mudah melalui udara dari satu tumbuhan ke tumbuhan lain. Pepatah “satu buah apel rusak merusak apel sekeranjang” memiliki dasar pada gas etilena. Sebuah apel busuk akan menghasilkan gas etilena, yang mana merangsang apel yang berada dekat untuk masak dan pada akhirnya rusak akibat terlalu masak.
Etilena biasa digunakan pada sebuah penyelesaian etefon, sebuah bahan kimia buatan yang memecahkan dan membebaskan gas etilena. Etilena digunakan untuk mematangkan pisang, melon berkulit putih dan tomat. Jeruk, lemon dan jeruk besar sering menyisakan warna hijau ketika sudah matang. Walaupun buah-buahan rasanya enak, konsumen jarang membelinya, karena sangkaan bahwa jeruk seharusnya berwarna oren, benar? Penggunaan etilena pada pohon jeruk hijau menyebabkan perkembangan warna pohon jeruk yag diinginkan, seperti oren dan kuning. Pada beberapa spesies tanaman, etilena menaikkan absis, yang mana merupakan pelepasan dari daun, bunga, atau buah dari sebuah tanaman. Ceri dan kenari ditanam dengan mekanisme tiga tempat. Perawatan etilena menaikkan jumlah buah yang jatuh ke tanah ketika pohon diguncang. Daun absis juga merupakan sebuah keuntungan adaptasi untuk tumbuhan. Daun yang mati, rusak ataupun terinfeksi jatuh ke tanah lebih baik daripada daun yang bernaung ditempat rindang atau menyebarkan penyakit. Tumbuhan dapat meminimalisir kekurangan air pada musim dingin, ketika air pada tumbuhan sering kali membeku.
5. Sitokinin
Sitokinin menaikkan divisi sel pada tumbuhan. Produksi dalam perkembangan tunas, akar, buah dan biji pada sebuah tumbuhan, sitokinin sangat penting pada pembudidayaan jaringan tumbuhan di laboratorium. Sebuah perbandingan tinggi dari auksin ke sitokinin di dalam sebuah pembudidayaan jaringan sedang merangsang pembentukan akar. Sebuah perbandingan rendah menaikkan pembentukkan tunas. Sitokinin juga digunakan untuk menaikkan pertumbuhan pucuk atau tunas dalam penanaman tumbuhan.
Berikut ini beberapa fungsi dari sitokinin.
·         Menyebabkan pertumbuhan embrio dan meningkatkan pertumbuhan rata-rata sel yang diisolasi di laboratorium.
·         Merangsang pembelahan pada sel yang berhenti bermitosis.
·         Bersama auksin menyebabkan meningkatnya kecepatan pembelahan sel.
·         Mempertahankan warna pada daun sehingga tidak cepat berubah menjadi kuning setelah dipetik dari pohon.
·         Merangsang pemasakan pada buah yang telah dipetik dari pohon.
·         Merangsang diferensiasi sel pada jaringan meristem.
·         Merangsang pertumbuhan tunas lateral.
6. Asam absisat
Asam absisat, atau ABA, secara umum menghambat hormone lain, seperti auksin IAA. Ahli tumbuhan sekarang tahu bahwa etilena pada hormone absisat utama. ABA membantu mengeluarkan dormansi(saat istirahat) pada pucuk tumbuhan dan memelihara dormansi dalam bijinya. ABA menyebabkan penutupan stomata tumbuhan dalam reaksi kemarau. Air menekan daun untuk menghasilkan ABA dalam jumlah besar. Hal ini menyebabkan stomata manutup, dan air tertahan di daun. Hal ini sangat merugikan untuk mengumpulkan ABA untuk kegunaan komersil pertanian.
7. Kalin
Kalin berfungsi dalam pembentukan organ tumbuhan. Berdasarkan jenis organ yang dipengaruhinya, dikenal beberapa jenis kalin. Contonya, antokalin berperan dalam pembentukan bunga; filokalin berperan dalam pembentukan daun; kaulokalin berperan dalam pembentukan batang; dan rizokalin berperan dalam pembentukan akar.
Tumbuhan harus memperoleh air, mineral, dan cahaya dengan cukup jika ingin berhasil berkembang biak atau bereproduksi. Tumbuhan mencapai statis (dalam keadaan tidak bergerak atau diam), yang berkaitan dengan bumi dengan melakukan reaksi atau tanggapan-tanggapan pertumbuhan terhadap rangsangan. Reaksi atau tanggapan-tanggapan ini disebut dengan pergerakan tropik.
Pergerakan Tropik (Tropisme)
Tropisme ialah sebuah tanggapan dari pertumbuhan hormonal terkendali terhadap sebuah perangsang eksternal. Pada tropisme, arah atau petunjuk perangsang mengendalikan arah atau petunjuk dari reaksi atau tanggapan. Jika tanggapan tersebut menujuke arah perangsang, maka tropisme tesebut merupakan positif. Sedangkan jika tanggapan tersebut menjauh dari perangsang, maka tropisme tersebut adalah negatif. Tropisme terbagi menjadi 4 kelompok, yaitu:
Fototropisme (tanggapan terhadap cahaya)
Telah disebutkan bahwa fototropisme diilustrasikan oleh pergerakan tumbuhan bertunas yang berhubungan dengan arah sumber cahaya. Cahaya menyebabkan hormon auksin mengeluarkan sisi yang terlindungi dari tunas. Auksin mengakibatkan sel-sel pada sisi yang terlindungi tersebut untuk memperpanjang lebih banyak daripada sel-sel yang berada pada sisi yang diterangi. Hasilnya, tunas membengkok menuju ke arah cahaya dan menunjukkan fototropisme positif. Pada beberapa batang tumbuhan, fototropisme tidak disebabkan oleh adanya auksin atau pergerakan. Pada contoh semacam ini, cahaya mendorong produksi pencegahan pertumbuhan di sisi yang diterangi pada tunas. Fototropisme negatif kadang terlihat pada tumbuhan merambat pada dinding rumah bertingkat dimana gulungan sulur tidak mempunyai apa-apa untuk menggulung sekitarnya. Tumbuh-tumbuhan merambat ini memiliki ujung-ujung batang yang tumbuh menjauhi cahaya, atau ditempatkan lebih baik, terhadap dinding.
Charles Darwin dan putranya menampilkan percobaan pada fototropisme dengan biji-biji gandum. Percobaan ini ditampilkan secara singkat dibawah ini.
·         Batang dari kendali tanaman yang tidak terawat tumbuh ke arah cahaya. Ini bermakna bahwa batang tersebut merupakan fototropik positive.
·         Ujung batang dari tanaman ini telah dipindahkan persis di atas zona pemanjangan. Batang ini tidak tumbuh ke arah cahaya (terhadap cahaya).
·         Penutup buram (tidak tembus cahaya) mencegah jatuhnya cahaya pada ujung batang. Keadaan ini menyebabkan batang tersebut tidak tumbuh ke arah cahaya.
·         Pasir mencegah jatuhnya cahaya pada seluruh bagian dari batang tersebut kecuali ujungnya. Pada percobaan ini, batang tumbuh menghadap ke arah cahaya.
Penjelajahan surya merupakan gerakan pada daun-daun atau bunga sebagaimana pergerakan matahari melintasi angkasa. Dengan secara terus-menerus menghadap ke arah sumber cahaya, berpindah atau tidak, tumbuhan tersebut memaksimalkan cahaya yang ada untuk berfotosintesis.

BAB III
KESIMPULAN
Tunas adalah bagian tumbuhan yang baru tumbuh dari kecambah atau kuncup yang berada di atas permukaan tanah/media. Tunas juga memiliki beragam jenis, diantaranya yaitu tunas terminal (contoh tunas terminal yang luar biasa besar adalah kubis dan kepala selada), tunas lateral/ tunas ketiak , tunas adventif. Contoh tumbuhan yang memiliki tunas adventif adalah cocor bebek.
Ada 2 macam pertumbuhan primer pada batang yang dipengaruhi oleh tunas, yaitu :
·         Tunas terminal, tunas ini diapit oleh bakal daun (primordium) dan terletak di ujung batang yang memugkinkan tumbuhan tumbuh ke atas.
·         Tunas aksilar (tunas lateral), terletak pada bagian ketiak daun yang pertumbuhannya akan membentuk cabang atau bunga.
kelompok-kelompok hormon yang ada pada tumbuhan pada saat pertumbuhan tunas antara lain :
·         Auksin
·         Auksin Sintetis
·         Giberelin
·         Etilena
·         Sitokinin
·         Asam absisat
·         Kalin